Thursday, April 28, 2011

Isa Almasih/Yesus Kristus dalam Alquran


SIFAT DAN KEKUASAANNYA



Isa Al Masih, Kelahiran seorang Perawan
Isa Al Masih, Orang yang Tidak Berdosa

Isa Al Masih, yang Diberkati

Sebagai Manusia yang Memberi Petunjuk yang Jelas

Kemampuannya Mengetahui yang Ghaib
Kemampuannya Melakukan Mujizat
Kemampuannya untuk Mencipta
Kemampuannya untuk Menghidupkan yang Mati



PENGAKUAN ALLAH ADALAH LEBIH AGUNG




Para Nabi Menulis tentang Dia

Al Masih Disujud ketika masih dalam Kandungan

Al Masih Diberi Wahyu yang Sempurna

Al Masih Diperkuat oleh Roh Suci

Al Masih Berkedudukan dekat dengan Allah

Al Masih Diangkat dekat ke Sisi Allah

Al Masih Sebagai Pengetahuan Hari Kiamat

Al Masih, Orang yang Terpilih oleh Allah dalam Pertempuran Terakhir

Al Masih yang Maha Tinggi Selamanya




SIFAT DAN KEKUASAANNYA


Dalam Bahagian Pertama kita telah menggambarkan Isa Al Masih yang akan muncul di masa mendatang. Dalam Bahagian ini kita akan menggambarkan Isa Al Masih yang tampil sebagai tokoh historis. Kita lihat pengungkapan watak Isa Al Masih dari Al-Qur’an, menurut ulasan para akhli kitab dan karya tulis kaum Sufi/Akhli Tasawuf.



Isa Al Masih, Kelahiran Seorang Perawan



Al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa Isa dilahirkan dari seorang perawan. Kejadiannya digambarkan sebagai berikut:



Dan ingat pulalah ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan berita gembira dengan sebuah Kata Cipta daripada-Nya, namanya Al Masih, Isa bin Maryam, orang terhormat di dunia dan di akhirat, termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah ...

Kata Maryam: “Wahai Tuhanku! Bagaimana aku dapat memperoleh anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun?” Allah berfirman dengan perantaraan Malaikat Jibril: “Begitulah. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Bila Dia menghendaki sesuatu, hanya tinggal, mengucapkan saja “Kun” lalu jadilah ia.’ [1]



Dari ayat tersebut kita bisa melihat bahwa Maryam belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun dan kelahiran Isa Al Masih nyata sebagai suatu keputusan Allah. Keunikan Isa Al Masih masuk ke dalam sejarah bukan semata-mata suatu kejadian alam, tetapi merupakan suatu mujizat yang disengaja mempunyai satu maksud, di mana Al-Qur’an menyatakan:



Allah mengetahui isi kandungan setiap perempuan, baik kandungan yang kurang, maupun yang berlebih. Segala-galanya di sisi Allah serba berukuran. [2]



Pengetahuan Allah atas hal tersebut dan maksudnya secara rinci atas ciptaanNya lebih jauh ditekankan dalam penyataan berikut:



Kami tidak menjadikan ruang angkasa yang amat luas dan persada bumi yang terhampar ini, begitu juga apa-apa yang berada di antara keduanya, secara main-main. [3]



Allah tidak melakukan hal-hal yang sia-sia, tetapi segala-galanya diciptakan atas kebijakan-Nya yang Maha Agung dan 5memiliki maksud tertentu. Jadi sementara Allah menetapkan bahwa setiap manusia ditakdirkan lahir akibat bersatunya laki-laki dan perempuan, Ia juga menetapkan Isa lahir dari Maryam yang tidak disentuh oleh laki-laki. Hal ini diterima tanpa suatu perdebatan oleh para ilmuwan Muslim. Keunikan dari pengakuan tersebut diungkapkan oleh Shabestari dalam penyataannya sebagai berikut:



Jelas tidak ada orang yang dilahirkan tanpa bapa, hanya seorang saja yakni Isa yang hidup atau hadir di dunia ini. [4]





Isa Al Masih, Orang yang Tidak Berdosa



Salah satu sifat yang unik dari Isa Al Masih adalah ia tidak berdosa, sementara manusia lainnya bahkan nabi-nabi sekalipun, di suatu saat sadar atau tidak sadar pernah bersalah dalam pikiran atau perbuatannya. Hanya Isa Al Masihlah yang tetap suci.

Di dalam Al-Qur’an banyak bukti-bukti yang menunjukkan Adam, Musa dan Muhammad semuanya pernah berdosa. Ibrahim sendiri menemukan dirinya perlu bertaubat, meskipun hubungannya dengan Allah dekat dan Al-Qur’an sendiri mengungkapkannya dalam suatu soal jawab dengan Allah suatu waktu, ayat itu berbunyi seperti berikut:



Setelah Ibrahim merasa rasa takutnya hilang bahkan mendapat berita gembira, mulailah dia berbincang-bincang dengan Kami tentang kaum Luth.[5]



Meskipun Ibrahim sangat dekat dengan Allah, ia masih mengungkapkan perlunya meminta pengampunan kehadirat Allah:



“Yang menciptakan aku, dan Dia-lah yang menunjuki aku. Dan yang memberi makan dan minum-ku. Jika aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku. Dia yang mematikanku, kemudian Dia pula yang menghidupkanku kembali di akhirat. Dia-lah yang sangat kuharapkan sudi mengampuni kesalahanku pada Hari Pembalasan”. [6]



Musa yang dikasihi Allah di mana Dia langsung berbicara dengannya, [7] juga menemukan dia perlu meminta pengampunan setelah ia menyerang dan membunuh seorang warga Mesir, dan mengatakan:

Musa berdoa: “Ya Tuhanku! Bahwasanya aku telah berlaku aniaya terhadap diriku sendiri, karena itu ampunilah aku”. Lalu Allah mengampuninya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Penyayang. [8]



Begitupun Daud meminta pengampunan Tuhannya sambil menjatuhkan dirinya ke tanah, bersujud dan meminta ampunan. [9]

Jadi ketiga Nabi tersebut: Ibrahim, Musa dan Daud menyadari perlunya pengampunan dari Allah.

Nabi Muhammad juga menemukan dosa-dosanya, sebelum ia diangkat sebagai nabi, di mana ia merasa berat
menanggungnya. Hal ini dibenarkan dalam Al-Qur’an:



“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu? Dan Kami telah menurunkan bebanmu yang telah memberati punggungmu?” [10]



Beban yang dipikul Nabi Muhammad di punggungnya bukan berupa beban fizikal, tetapi beban rohaniah . Kata (Wezr) yang diterjemahkan sebagai “beban” dalam ayat tersebut di atas merupakan kata khusus yang bererti dosa dalam bahasa Al-Qur’an. Contoh dalam Al-Qur’an 16:25 yang menyatakan: “Kami takdirkan mereka berucap demikian, supaya mereka memikul dosanya (awzar, jamak kepada wezr) sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, berikut dengan seBahagian dosa dari orang-orang yang mereka sesatkan karena tidak mengetahui. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul.” (Lihat juga pada Al-Qur’an 6:31, 6:164, 17:15, 20:100, 35:18).

Sementara Al-Qur’an menyatakan dosa-dosa yang terdahulu dalam fakta kehidupan Nabi Muhammad, dikatakan juga tentang dosa-dosa “kemudian”:



Supaya Allah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmatNya kepadamu dan memimpinmu ke jalan yang lurus. [11]



Ini juga disahkan oleh Hadis yang mengatakan Nabi Muhammad dahulu terbiasa ‘memohon pengampunan dan menghadap Allah bertaubat lebih dari tujuh puluh kali sehari’ [12] Bukhari mencatat doa Muhammad meminta pengampunan sebagai berikut:



Ya, Allah! Ampunilah kesalahan-kesalahanku dan kelalaianku yang melampaui batas kebenaran dalam perbuatan-perbuatanku; dan ampunilah apa saja yang Engkau paling ketahui daripadaku sendiri. Ya Allah! Ampunilah kesalahan-kesalahanku yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, yang tidak disadari sebagai olok-olok atau yang lebih berat, dan semua yang ada dalam diriku [13]



Memang benar ia terus meminta pengampunan sampai nafasnya yang penghabisan. [14]

Dosa-dosa seluruh umat manusia dibenarkan lebih jauh lagi oleh Hadis yang mengatakan: ‘Syetan selalu bercokol dalam pikiran manusia seperti darah mengalir dalam tubuhnya.” [15]

Kecuali seorang manusia yang oleh Al-Qur’an ataupun Hadis dianggap suci dari dosa adalah Isa Al Masih. Ia tidak pernah berbuat dosa, tidak berbuat kesalahan dan tidak pernah melewati batas-batas yang telah ditetapkan Allah secara sengaja atau karena berbuat bodoh, secara olok-olok atau secara serius, secara sengaja ataupun tidak sengaja. Isa Al Masih digambarkan dalam Al-Qur’an 19:19 sebagai ‘seorang putera yang suci (zakeyia)’ [16] , bahkan sebelum dilahirkan. Baidawi menjelaskan bahwa ‘seorang anak yang suci berarti suci dari dosa-dosa’. Di dalam seluruh ayat-ayat Al-Qur’an, tidak ada lagi yang digambarkan sebagai yang suci kecuali Isa Al Masih. [17]



Hadis juga menyatakan bahwa Isa Al Masih sebagai orang yang tidak berdosa. Bukhari, contohnya mengaitkannya dengan Hadis berikut:



Ketika setiap orang dilahirkan (tersurat: semua anak Adam begitu semasa mereka dilahirkan), Syetan menyentuh (tersurat: menggosok) kedua belah badannya dari kanan dan dari kiri dengan kedua jarinya, kecuali Isa anak Maryam, meskipun ia juga dicoba tapi tidak berhasil. [18]



Baidawi menerangkan arti dari ‘sentuhan atau gosokan’ Syetan sebagai ‘upaya menggoda setiap bayi yang baru lahir sehingga anak tersebut bisa dipengaruhinya’. [19] Syetan, musuh berbuyutan Allah dengan demikian berjuang dengan cara yang tidak adil. Ia mencari jalan menggoda orang dari saat pertama mereka mulai hidup, dan hanya seorang manusia yang bisa menguasai Syetan dalam babak pertama ini. Ia adalah Isa Al Masih. Suyuti mengutip Ibni ‘Abbas, yang mengatakan:



Di antara mereka yang dilahirkan, hanya Isa anak Maryam yang tidak disentuh oleh Syetan dan tidak bisa ditaklukkan olehnya. [20]



Mengapa Isa tidak bisa tertandingi dan berbeda? Beberapa orang mengatakan bahwa karena ia diurapi:



Ia dinamakan Al Masih karena ia diurapinya sehingga membuat dia jadi suci dari dosa-dosa, atau karena ia diurapi oleh sayap Malaikat Jibril dan dijaga dari sentuhan Syetan, atau Al Masih berarti orang yang salih. [21]



Ada orang-orang yang membedakannya dari sifatnya yang batiniah secara rohaniah Isa Al Masih itu sendiri. Razi mengatakan:



Rohnya (Isa Al Masih) adalah suci, tinggi derajatnya, syurgawi; terang benderang dengan cahaya kemulyiaan dan sangat dekat dengan roh-roh para malaikat. [22]



Jadi Isa Al Masih seperti malaikat-malaikat yang tidak perlu memohon pengampunan untuk diri mereka. Ia tidak berdosa.

Gelar Isa yang menyandang “Roh Allah” juga membuktikan kesucian. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa ia disebut ‘Roh Allah’ karena:



Adalah menjadi kebiasaan orang yang menggambarkan sesuatu yang benar-benar suci dan bersih , mereka menyebutnya sebagai roh.. [23]



Ukuran tentang sampai di mana sucinya kenyataan Isa adalah seperti berikut: Allah, Yang Maha Tinggi, Dia sendiri menyebut Isa adalah ‘Roh dari Allah’. Sementara setiap umat manusia telah ingkar dari kesetiaannya kepada Allah dan tidak lagi takut kepada Allah di suatu ketika dalam sejarah hidupnya tetapi Isa Al Masih tetap suci bersih, tidak disentuh oleh Syetan.

Rasa takut kepada Allah merupakan suatu tolok ukur keimanan seseorang di mata Allah, sebagaimana ayat Al-Qur’an menyatakan:



Hai manusia! Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Yang teramat mulia di antaramu di sisi Allah, ialah orang yang lebih bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Mengenal. [24] .



Adalah semata-mata ketaqwaan atau kesalihan, dan bukannya tanda-tanda keindahan duniawi, kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai status di hadapan Allah. Nabi-nabi dan para malaikat juga ditentukan statusnya oleh ketaqwaan mereka. Tetapi malaikat lebih tinggi derajatnya daripada nabi-nabi karena:



Mereka para malaikat yang memangku Singgasana dan yang berada di sekitarnya menyuarakan puji kepada Tuhannya, beriman kepada-Nya dan meminta ampun untuk orang-orang beriman... (Al-Qur’an 40:7-9)



Razi mengulas:



Banyak ilmuwan menafsirkan ayat-ayat ini [25] sebagai suatu kesimpulan bahwa para malaikat lebih tinggi derajatnya daripada manusia. Mereka mengatakan bahwa para malaikat tidak perlu memohon pengampunan bagi dirinya, karena bila mereka perlu pengampunan, mereka semestinya meminta pengampunan buat diri mereka sendiri terlebih dahulu, seperti apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad: “Mulailah bertaubat untuk diri sendiri’. Juga Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad: ‘... Maka ketahuilah (ya Muhammad) bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan, melainkan Allah dan minta ampunlah (kepada-Nya) untuk dosa engkau dan untuk (dosa) orang-orang beriman laki-laki dan orang-orang beriman perempuan. Allah mengetahui tempat mencari penghidupanmu dan tempat diammu’ (Al-Qur’an 47:19). Jadi Allah memerintahkan Muhammad untuk memohon pengampunan terlebih dahulu buat dirinya baru kemudian untuk orang lain ... Dan karena Allah tidak menyebutkan bahwa para malaikat tidak meminta pengampunan buat mereka sendiri, kita bisa menyimpulkan bahwa mereka tidak perlu meminta pengampunan. Para nabi perlu pengampunan dari Allah dan ini sangat jelas dari firman Allah kepada Muhammad. Kalau memang ini dipegang teguh maka semakin jelaslah bahwa para malaikat lebih tinggi daripada manusia. [26]



Dengan tidak perlunya pengampunan bagi para malaikat, nampaknya mereka lebih sempurna dalam kepatuhannya dan rasa takutnya kepada Allah, jadi mereka lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya daripada manusia. Tidak seperti halnya dengan manusia, para malaikat tidak perlu meminta pengampunan karena mereka terbebas dari dosa. Isa Al Masih bisa disejajarkan dengan malaikat dan oleh karena itu, ia adalah sama-sama suci.





Isa Al Masih, yang Diberkati



Di samping tidak berdosa, Isa Al Masih juga diberkati. Ia bukan hanya sempurna secara pasif , tetapi juga sempurna secara aktif . Al-Qur’an menyatakan tentang Isa:



Dan dijadikan-Nya pula aku seorang yang diberkati (Pembawa Bahagia) di mana saja aku berada. [27]



Menurut ayat ini, Isa diberkati tanpa syarat dan untuk selamanya. Andaikata ia tidak mematuhi Allah baik dalam pikiran atau perbuatan setiap saat, ia tidak akan mengatakan diberkati di manapun ia berada.

Kata ‘diberkati’ menurut penerangan Baidawi berarti ‘berguna bagi manusia’. Dalam arti kata yang lain, Isa hidup bukan buat dirinya sendiri, tetapi ia hidup bagi seluruh umat. Arti yang pasti dari ‘berguna untuk manusia’ dijelaskan oleh Razi yang mengatakan Isa:



Melalui Isa Al Masih, Allah membebaskan umat manusia dari segala macam tipuan, sama seperti manusia hidup dengan Roh-Nya. [28]



Isa tidak puas semata-mata bebas dari dosa, tetapi ia juga secara aktif mencari jalan untuk membebaskan orang dari tipuan Syetan, musuh bebuyutan Allah. Begitu penting upayanya sehingga Razi membandingkan Isa sebagai Roh yang memberi kehidupan kepada suatu tubuh. Baidawi secara sama menggambarkan upaya Isa ketika ia mengatakan bahwa Isa “dahulu biasa menghidupkan tubuh yang mati begitupun hati yang mati menjadi hidup”. [29]

Isa Al Masih tidak hidup hanya menjaga kesucian dirinya, karenanya ia hidup menikmati hidupnya yang sempurna selaras dengan kehendak Allah. Tetapi ia juga hidup dengan memberi berkat kepada orang lain. Jadi kesempurnaan Isa Al Masih bukan semata-mata pasif , yakni tidak berdosa; tetapi juga aktif sebagai suatu sumber berkat .

Dalam seluruh Al-Qur’an tidak ada seorangpun yang dipanggil sebagai “diberkati” kecuali Isa Al Masih. Adalah benar bahwa Al-Qur’an itu sendiri digambarkan sebagai suatu kitab suci yang diberkati. [30]

Perkataan itu juga digunakan kepada rumah suci yang pertama di Mekah yang telah dibina oleh para malaikat sebelum penciptaan Adam [31] , Malam Lailatul Qadr (malam di mana Al-Qur’an diturunkan) [32] . Dan pohon zaitun di mana dianggap sebagai cahaya Allah atau Nurullah. [33] Jadi Isa Al Masih disejajarkan dengan Al-Qur’an, rumah yang pertama kali dibangun di Mekah, Lailatul Qadr dan pohon zaitun yang diberkati. Kendatipun demikian, satu-satunya orang yang digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai yang diberkati adalah Isa Al Masih.

Oleh karena itu, Isa Al Masih adalah tidak berdosa dan diberkati. Syetan tidak bisa menyentuh Isa, yang tetap sempurna dalam hidupnya sepanjang hidupnya. Di samping itu, Isa Al Masih dalam menghancurkan pekerjaan Iblis sangatlah sempurna sehingga ia digambarkan sebagai Roh yang memberi hidup, yang bisa menghidupkan mereka yang mati karena tipuan-tipuan Syetan. Kesempurnaan Isa Al Masih adalah secara pasif dan juga aktif . Oleh karenanya dalam hubungan ini ia memiliki sifat yang tidak ada bandingannya.







Sebagai Manusia yang Memberi Petunjuk yang Jelas



Jika sifat Isa Al Masih yang tidak berdosa dan diberkati itu membuat dirinya unik di antara nabi-nabi, maka petunjuk Allah yang diberikan atau ditanamkan dalam diri Isa adalah benar-benar unik.



Kemampuannya Mengetahui yang Ghaib



Pengetahuan tentang yang tidak bisa dilihat atau ghaib merupakan suatu sifat yang agung. Seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an:



Dan di sisi Allah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan. Tidak sehelai daunpun yang gugur tentu diketahui-Nya juga. Tidak sebutir-bijipun yang tersembunyi dalam gelap gulita di bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab Lauhul mahfuzh. [34]



Muhammad sendiri menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa ia tidak memiliki pengetahuan yang ghaib ketika ia mengatakan:



Katakanlah: “Aku tidak mampu meraih manfaat dan menolak kemelaratan untuk diriku sendiri, kecuali apa yang dikehendaki Allah. Seandainya aku mengetahui perkara yang ghaib, sudah tentu aku akan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya, dan waspada terhadap b ahaya yang akan menimpa. Aku tidak lain hanyalah Pemberi peringatan dan Pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. [35]



Dalam ayat lain dikatakan:



Katakanlah!: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaraan Allah ada padaku! Karena aku tidak mengetahui yang ghaib. Juga aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa aku seorang malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku”. [36]



Oleh karena itu, menurut Al-Qur’an, pengetahuan ghaib bukan urusan manusia. Allah sendirilah yang mempunyai kekuasaan untuk memberikannya kepada yang Dia pilih. “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan seperti sekarang ini, namun Allah akan menyisihkan antara yang buruk dan yang baik. Dan Allah tidak akan memperlihatkan hal-hal yang ghaib kepadamu, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara Rasul-Rasul-Nya. Oleh karena itu berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertaqwa, niscaya kamu peroleh pahala besar.” [37]



Al-Qur’an menerangkan kepada kita bahwa Allah memilih Isa Al Masih untuk membukakan hal yang ghaib. Dengan kehendak-Nya Allah memilih Isa Al Masih dari antara para pesuruh Allah untuk membukakan hal sekecil apapun dari kehidupan orang, termasuk “apa-apa yang mereka makan, dan apa yang mereka miliki sebagai kekayaan di rumah mereka”. [38] Mereka yang telah mengulas ayat tersebut di atas menyebutkan banyak ceritera tentang pengetahuan Isa Al Masih akan hal-hal yang ghaib. Kekuasaan ini hanya kekuasaan Allah yang diberikan kepada Isa Al Masih sendiri di antara rasul-rasul lain. Inilah sifat lain yang menambah keunikan Isa Al Masih.





Kemampuannya Melakukan Mujizat



Misi Isa Al Masih di bumi adalah memperbaiki umat manusia untuk mematuhi Allah. Seperti yang telah ditegaskan sebelumnya, ia diberi kekuasaan yang unik untuk membebaskan umat manusia dari tipuan-tipuan Syetan. Ia juga diberi kekuasaan untuk menyembuhkan orang dari penyakit badani sebagai suatu bukti bahwa ia dikirimkan Allah.

Kekuasaan Isa untuk menhancurkan pekerjaan Syetan lebih jauh ditunjukkan ketika ia menyembuhkan orang atau mereka yang sakit. Penyembuhan secara rohani jelas bisa menyembuhkan badan yang sakit. Ini membuktikan bahwa perkataannya sepadan dengan perbuatannya.

Al-Qur’an mengatakan bahwa mujizat yang dilakukan oleh Isa Al Masih merupakan “tanda yang jelas” dari kekuasaan Allah. Tanda yang jelas ini tidak diberikan kepada semua rasul. Al-Qur’an mengatakan:



Itulah keterangan-keterangan Allah. Kami bacakan kepadamu hai Muhammad, dengan sebenarnya. Dan engkau sesungguhnya seorang Rasul di antara rasul-rasul yang lain. Rasul-rasul itu Kami lebihkan seBahagian mereka dari yang lain. Diantaranya ada yang langsung Allah bercakap-cakap dengan dia, dan sebagiannya Allah mengangkat kemuliaannya beberapa derajat. Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mujizat dan kami perkuat dia dengan Roh Suci. Dan kalau Allah menghendaki niscaya orang-orang yang berada sepeninggal rasul-rasul itu tidaklah akan saling membunuh setelah datang kepada mereka beberapa keterangan. Namun mereka berselisih juga, ada di antara mereka yang beriman dan ada pula yang kafir. Jika Allah menghendaki mereka tidaklah akan saling membunuh. Tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya [39]



Baidawi mengulas ayat tersebut di atas seperti berikut:



Allah menjadikan mujizat Isa Al Masih sebagai bukti kecintaan-Nya kepada Isa (melebihi rasul-rasul lain) karena semua mujizatnya adalah pertanda yang jelas dan luar biasa. Dan semua mujizatnya tidak dilakukan oleh yang lain kecuali dia. [40]



Mujizat yang khusu dan istimewa ini membuktikan/menunjukkan bukan hanya kecintaan Allah kepada Isa daripada rasul-rasul lainnya tetapi juga merupakan ukuran dari kecintaan tersebut. Allah memberikan beberapa rasul kemampuan melakukan beberapa mujizat, tetapi Bahagian mujizat yang diberikan kepada Isa melebihi daripada apa yang diberikan kepada rasul-rasul lain. Jadi kita bisa melihat bahwa dengan melakukan mujizat secara jasmani Isa Al Masih dibedakan. Ini juga membuktikan kekuasaannya melakukan mujizat secara rohaniah dilebihkan dari yang lain. Jadi kemampuannya melakukan mujizat yang tidak bisa tertandingi baik secara jasmani maupun rohaniah menunjukkan sifat Al Masih yang unik.



Kemampuannya untuk Mencipta



Sementara kekuasaan Isa Al Masih melakukan mujizat benar-benar tidak tertandingi, ukuran kekuasaan ini diberikan juga kepada beberapa nabi lainnya. Tetapi kekuasaan untuk mencipta hanya diberikan kepadanya. Menurut Al-Qur’an, kekuasaan mencipta ini tidak dimiliki oleh nabi-nabi yang lainnya.

Al-Qur’an menantang orang kafir dengan menyatakan:



Hai manusia, telah dibuat orang perumpamaan mengenai Aku lalu dengar dan pahamilah baik-baik keadaannya, yaitu: segala yang disembah selain Allah itu tidak akan mampu membuat seekor lalatpun, sekalipun mereka bekerja-sama untuk itu. Bahkan kalau lalat-lalat itu merampas sesuatu dari berhala itu, sang berhala tidak dapat merebutnya kembali dari sang lalat. Yang menyembah dan yang disembah sama-sama lemah. [41]



Meskipun demikian menurut Al-Qur’an, Isa adalah satu-satunya orang yang diberikuasa oleh Allah untuk menciptakan sesuatu dari tanah liat. Al-Qur’an mengutip kata-kata Isa seperti berikut:



Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul untuk Bani Israil. Katanya: “ Aku ini datang kepadamu membawa tanda mujizat dari Tuhanmu yiaitu aku dapat membuat dari tanah liat ini rangka burung untuk kalian, kemudian aku tiup lalu menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku sanggup menyembuhkan orang buta, penyakit kusta, dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah. Lagi pula aku dapat memberitahukan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di rumah kalian masing-masing. Semua ini adalah menjadi tanda buat kalian, kalau kalian benar-benar beriman. [42]



Jadi Al-Qur’an menjelaskan bahwa Isa memiliki kekuasaan untuk menciptakan sesuatu dari tanah liat, yang menurut beberapa orang sama dengan merubah tongkat Nabi Musa menjadi ular. Kendatipun penapsir Al-Qur’an yang cermat membuktikan bahwa ini bukan hal yang dimaksudkan. Dalam Al-Qur’an, Allah bertanya kepada Musa:



Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Musa menjawab: “Inilah tongkatku, alat untuk aku bertelekan, juga untuk pemukul dahan-dahan kayu supaya daunnya berguguran untuk makanan kambingku, dan banyak lagi keperluanku yang lain dengan tongkat ini. Allah berfirman: “Lemparkanlah tongkat itu, hai Musa”. Segera Musapun melemparkan tongkatnya, serta merta tongkat itu menjelma jadi seekor ular yang merayap dengan lincah. [43]



Ketika melihat ular itu melingkar yang dirubah dari tongkat, Musa berbalik dan lari dengan ketakutan. Tetapi Allah memanggilnya seraya mengatakan: “Musa jangan takut”. [44]

Dalam kejadian di atas, Allah melakukan mujizat untuk meyakinkan Musa akan kekuasaan-Nya. Ketika Musa melemparkan tongkatnya ia tidak mengharapkanny amenjadi ular, ketika ternyata menjadi ular, ia lari dengan ketakutan. Jelas dalam kejadian ini, bukan Musa yang keluarkan langkah pertama, tetapi Allah-lah yang melakukan perubahan itu.

Mujizat yang sama juga dilakukan di depan Firaun ketika Allah “memberikan wahyu kepada Musa, “lemparkan tongkatmu”. Sekonyong-konyong Ular (tongkat) itu menelan semua ular mereka.” [45]

Dalam kejadian tersebut, Musa tidak melakukan apa-apa lagi kecuali mentaati perintah Allah seperti sebelumnya. Allah menyuruhny untuk melemparkan tongkatnya dan Musa menurut saja. Jadi yang berinisiatip adalah Allah bukannya Musa. Memang itulah sifat-sifat bagaimana Allah memberikan mujizat kepada Musa, seperti yang bisa dilihat dari berbagai kejadian lainnya. Contohnya, sewaktu Bani Israil sedang haus, ada perintah Allah menyuruh Musa untuk memukul batu [46] , dan ketika mereka keluar dari Mesir sebelum menyebrangi laut Allah memerintah Musa untuk memukulkan tongkatnya pada air laut ‘...lalu belahlah laut itu, sedangkan masing-masing belahannya seperti gunung yang besar’. [47]

Dalam setiap kejadian-kejadian tadi, Allahlah yang menjadi pembuat inisiatip. Bukan Musa yang mengendalikan waktu dan cara bagaimana mujizat bisa dilakukan, tetapi Allahlah yang melakukannya.

Ketika Isa melakukan penciptaan, Allah membiarkan Isa melakukan inisiatip sendiri dalam melakukan mujizatnya dan memberikan hidup. Ayat Al-Qur’an menggambarkan kegiatan-kegiatan Isa dalam pengertian berikut:



Aku ini datang kepadamu membawa tanda mujizat dari Tuhanmu yaitu aku dapat membuat dari tanah liat ini rangka burung untuk kalian, kemudian aku tiup lalu menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku sanggup menyembuhkan orang buta, penyakit kusta, dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah. Lagi pula aku dapat memberitahukan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di rumah kalian masing-masing. Semua ini adalah menjadi tanda buat kalian, kalau kalian benar-benar beriman. [48]



Isa tidak disuruh Allah menghidupkan orang yang mati atau menyembuhkan orang buta sebagaimana Musa. Tetapi Allah melebihkan Isa dengan kekuasaan yang diberikan-Nya mempunyai hak berinisiatip. Musa tidak meniupkan sesuatu roh pada tongkatnya supaya menjadi ular, tetapi Isa meniupkan roh pada tanah dan jadilah makhluk hidup darinya.

Ibn ‘Arabi, seorang penulis Sufi agung dalam menjawab pertanyaan berikut, “Dengan cara bagaimana Allah membedakan setiap rasul?”, ia menjawab:



Allah memberikan Adam pengetahuan an Nama-nama Agung, kepada Musa dengan berbicara kepadanya dan dengan Taurat, dan membedakan Rasulullah [Muhammad] apa yang Muhammad sebutkan sendiri “Ia diberikan kebesaran berbicara”. Kepada Isa Allah membedakannya dengan roh, ditambah dengan meniupkan roh pada yang ia ciptakan dari tanah, itu hanya kepada Isa saja,dan Allah tidak menambah kuasa untuk memberi kehidupan melalui hembusan kepada rasul yang lain kecuali Isa, selain dari diri Allah Yang Maha Tinggi sendiri. [49]


Penciptaan makhluk hidup tidak begitu saja diberikan kepada nabi-nabi lainnya, tetapi hanya kepunyaan Allah semata dan hanya diberikan kepada Isa Al Masih.





Kemampuannya untuk Menghidupkan yang Mati



Al-Qur’an menyatakan dengan jelas bahwa Isa menghidupkan orang mati:



Dan Allah akan mengajarkan kepadanya menulis dan membaca Kitab-kitab Suci, ilmu kebijaksanaan, taurat dan Injil ...dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah. ... Semua ini adalah menjadi tanda buat kalian, kalau kalian benar-benar beriman. [50]



Hadis juga mendukung kenyataan ini dengan menyebutkan nama-nama orang yang dibangkitkan kembali oleh Isa Al Masih bahkan setelah tubuhnya membusuk. Para mufasir setuju bahwa kekuasaan untuk menghidupkan orang mati adalah keMaha-Kuasaan Allah; yang kepunyaan Allah sendiri saja. Al-Qur’an menyatakan:



Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami sambil melupakan penciptaannya semula. Ia bertanya: “Siapa pulakah yang dapat menghidupkan kembali tulang-belulang yang telah hancur?” Jawablah: “Yang dapat menghidupkannya kembali, ialah Allah yang telah menciptakannya dahulu untuk yang pertama kalinya. Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk”. [51]



Karena Allah sebagai Pencipta atau Sumber Hidup, maka Dia sendiri yang bisa menghidupkan orang yang mati. Suyuti dalam ulasannya menghubungkan dua kejadian Isa menghidupkan orang yang mati dengan penekanan yang khusus – atas suara Isa. Dalam kasus pertama Isa membangkitkan Sam anak Nabi Nuh:



Bani Israil datang kepada Isa memohonnya sambil berkata: “Sam anaknya Nuh dikuburkan di sini, tidak jauh. Mohonlah kepada Allah untuk menghidupkannya kembali. Isa kemudian memanggilnya dengan satu teriakan dan Sam keluar dari kubur dengan rambut beruban. Orang-orang berseru: “Ia meninggal ketika ia masih muda, mengapa rambutnya jadi putih?” Sam menjawab: “Ketika aku mendengar suara Isa, aku pikir ‘satu teriakan’”. [52]



Dalam kasus kedua, Isa membangkitkan saudara laki-lakinya:

... Ketika Isa diberitahu di mana kuburannya, Ia memanggilnya dengan teriakan satu kali, saudara laki-lakinya keluar dengan rambut beruban/putih ... Isa bertanya kepadanya: ‘Apa yang terjadi kepadamu?’ Dia menjawab: ‘Aku mendengar suaramu dan aku pikir itu sebagai ‘satu teriakan’. [53]



Dari dua cerita di atas, kita bisa melihat suara Isa dipahami sebagai suatu teriakan yang akan membangkitkan orang mati di Hari Kiamat. Orang-orang yang dibangkitkan memahami hal itu dan sampai rambut mereka berubah menjadi putih.

Acuan ini terdapat dalam Al-Qur’an 73:17:



Mana bisa kamu akan dapat menyelamatkan diri dari “huru-hara goncangan suatu hari”, di mana anak-anak dapat beruban karena memikirkan kedahsyatannya kalau kamu tetap saja kafir.



Dan dalam Al-Qur’an juga disebutkan pada 38:15: “Mereka tiada menanti, melainkan suatu teriakan yang tidak dapat ditarik kembali”.

Ibn ‘Arabi, dalam Fusus Al-Hikam, mengatakan tentang Isa menghidupkan kembali orang yang mati:



Katanya, ketika ia menghidupkan orang yang mati, memang dia dan bukan dia (yakni, yang bisa menghidupkan berkat kekuasaan Allah) dan orang yang menyaksikan tercengang seorang manusia bisa menghidupkan kembali orang yang mati, sementara dengan sifatnya yang agung menghidupkan orang hanya dengan suatu teriakan ... orang-orang yang menyaksikannya tetap bingung karena melihat tindakan yang agung itu dilakukan oleh seseorang yang berbentuk manusia (yaitu Isa). [54]



Qashani mengulas kata-kata Ibn ‘Arabi tersebut sebagai:



Kebingunan timbul ... begitu orang melihat seorang manusia tanpa suatu keraguan dan dari dirinya muncul sifat yang agung; yakni menghidupkan orang yang mati, dengan satu teriakan memohon berkat Allah. Baginya (Isa) biasa berkata kepada orang yang mati “Hidup! Bangkitlah dengan izin Allah atau dengan Nama Allah, atau dalam Allah’; dan orang mati akan bangkit dan sambil menjawab, “Inilah aku, siap melayani (atau mengabdi)”. [55]



Dalam Hadis yang dikutip oleh Suyuti, Isa membangkitkan Sam dan saudara laki-lakinya hanya dengan suatu teriakan, bukan dengan doa. Ia memanggil mereka dari dunia mati ke dalam dunia hidup kembali seperti memanggil seseorang dari satu kamar ke kamar yang lainnya. Isa memiliki kewenangan atas dunia kematian. Al-Qur’an tidak menyebutkan ada nabi lain yang bisa menghidupkan orang mati dengan atau tidak seizin Allah.

Jl Kartini di Belanda

Hitler dan Teori Darwin



Teori Darwin telah memasuki benak Hitler, bahkan meresap sampai ke tulang sumsum. Hal ini amat terasa dalam bukunya Mein Kampf (Perjuanganku). Ia menyamakan ras non-Eropa sebagai kera.

Dari dalam dirinya tumbuh 'kekuatan' yang mendapat inspirasi dari teori Darwin bahwa untuk mempertahankan hidup manusia harus bertarung. Ia menerjemahkan impiannya dengan menyerang Austria, Cekoslowakia, Perancis, Rusia, dll. Malah terbersit nafsu menguasai seluruh dunia. Ia mengadopsi konsep egenika yang menjadi dasar pijakan pandangan evolusionis Nazi. Egenika berarti ‘perbaikan’ ras manusia dengan membuang orang-orang berpenyakit dan cacat serta memperbanyak individu sehat. Sehingga menurut teori itu, ras manusia bisa diperbaiki dengan meniru cara bagaimana hewan berkualitas baik dihasilkan melalui perkawinan hewan yang sehat. Sedangkan hewan cacat dan berpenyakit dimusnahkan.

Tak lama setelah berkuasa, Hitler menerapkan teori itu dengan tangan besi. Orang-orang lemah mental, cacat, dan berpenyakit keturunan dikumpulkan dalam ‘pusat sterilisasi’ khusus. Karena dianggap parasit yang mengancam kemurnian rakyat Jerman dan menghambat kemajuan evolusi, maka atas perintah rahasianya, dalam waktu singkat mereka semua dibabat habis.

Masih dalam eforia teori evolusi dan egenika, Nazi menghimbau muda-mudi berambut pirang bermata biru yang diyakini mewakili ras murni Jerman supaya berhubungan seks tanpa harus menikah. Pada 1935, Hitler memerintahkan didirikannya ladang-ladang khusus reproduksi manusia. Di dalamnya tinggal para wanita muda yang memiliki ras Arya. Para perwira SS (Schutzstaffel) sering mampir ke sana untuk berbuat mesum dengan dalih egenika. Para bayi yang lahir kemudian disiapkan menjadi prajurit masa depan ‘Imperium Jerman’.

Menurut Charles Darwin, karena ukuran tengkorak manusia membesar saat menaiki tangga evolusi, maka di seluruh Jerman dilakukan pengukuran untuk membuktikan tengkorak bangsa Jerman lebih besar dari ras lain. Mereka yang tak sebesar ukuran resmi, begitupun dengan gigi, mata, dan rambut di luar kriteria evolusionis langsung dihabisi dan mayatnya dibuang ke sungai rheine atau dikubur secara masal dengan mayat lainnya